kupergauli 4 saudara sekaligus
kupergauli 4 saudara sekaligus
Pada suatu hari ketika sedang sibuk-sibuknya di kantor, datang
sepucuk surat lewat perusahaan kurir yang ditujukan kepadaku dari kota
asal kelahiran ku di jawa barat. Tanpa alamat pengirim. Dengan perasaan
bingung campur penasaran aku buka surat itu. Surat itu ternyata dari
mantan pacar (Wati, nama samaran) cinta pertama kami berdua sewaktu SMA
tahun 1981. Hampir 26 tahun yang lalu. Isinya menyatakan bahwa dia sudah
menikah namun selalu teringat aku, mempunyai 3 orang anak berikut
alamat lengkap dan no handphone.
Singkat cerita akhirnya kami
bertelepon ria dan kenangan manispun timbul kembali. Aku berjanji jika
ada libur panjang maka aku akan datang berkunjung. Ketika libur panjang
datang dengan alasan yang dibuat-buat kepada istri akhirnya aku datang
juga ke kota asalku. Aku sengaja tidak nginap di famili, namun di hotel.
Dan pada sore itu pula aku datangi rumahnya.
Dengan rasa penasaran karena sudah lama tidak bertemu, aku mencoba mengira-ngira wajahnya saat ini seperti apa, ya?
Perlahan ku ketuk pintu sambil berucap : “permisi….”
” mas anto ,ya? ” sesosok wanita cantik muncul di balik pintu
“Iya” sambil aku masih menebak-nebak ” wati ya……..”
“Bukan,
saya Sri adiknya, masuk mas…. mbak Wati sebentar keluar, lagi di
kamar”.
Kuperhatikan wanita ini mirip Wati namun tampak lebih muda dari
perkiraanku. Dulu waktu aku pacaran memang tidak pernah bertemu dengan
Sri, karena dia ikut neneknya di Wonosari. Tak lama kemudian keluarlah
Wati. Wajahnya tampak tidak sesuai dengan bayanganku, kerana memang saat
itu Wati sudah 42 tahun. Namun sisa kecantikannya masih terlihat jelas
begitu pula bodynya masih terawat. Suaminya hari itu sedang mendapat
tugas lembur (piket) di sebuah Rumah Sakit. Setelah basa-basi dan
bernostalgia akhirnya sekitar jam 8 malam aku pamit, karena badanku
letih.
Terus terang aku ingin memeluk dan menciumnya seperti dulu
ketika tadi siang bertemu. Tapi karena suasana rumah tidak memungkinkan
akhirnya perasaan itu terbawa sampai malam. Tidak lama aku di Hotel,
tiba2 HPku berdering, ternyata Wati yang telphon. Dia memaksa untuk
datang mememuiku di hotel. Dengan rasa campur aduk antara senang dan
galau aku mengiyakan permintaan itu. Hmmmm…… rupanya Wati memendam
keinginan yang sama, pikirku.
Kujemput dia di lobby, turun dari
becak Wati kelihatan sudah tidak sabar ingin segera berdua. Dengan
segera ku bawa dia ke kamar. Benar saja…… baru juga aku menutup pintu
Wati langsung menubruk aku dengan pelukan penuh kerinduan dan air mata.
Kami lama berpelukan tanpa kata-kata. Terus terang waktu pacaran dulu
kami hanya sebatas berpegangan tangan. Tidak lebih.
Pelan-pelan
kehangatan menjalar ditubuhku, entah siapa yang memulai akhirnya kami
saling berciuman. Kurasakan kehausan dan kerakusan ketika bibir dan
lidah kami saling terpaut. Lidahnya menjelajah relung mulutku. Lidahku
membelai dan mengarahkan lidahnya untuk terus bergerak liar. Bersamaan
dengan itu penisku menegang dengan sempurna. Bukannya menghindar, Wati
malah lebih menekankan dan menggeser-geserkan pinggulnya sehingga
penisku smakin mengembang.
Dengan penuh nafsu akhirnya kami melanjutkan
aksi. Sambil tetap bercium kutelusuri sisi tubuhnya dengan tanganku,
sampai akhirnya mendarat di pantat. Kuremas kedua pantatnya dan sedikit
semi sedikit kunaikan roknya, sehingga tanganku menyentuh kulit paha dan
pantatnya yang halus itu. Karena aku paham bahwa kami sudah sangat
bernapsu, maka tanganku kananku langsung kuselipkan dibalik celana
dalamnya. Kuremas pantatnya yang masih kenyal. Sementara tangan kiriku
sudah bergerak menuju payudaranya. Rupanya Watipun sudah sangat
terbakar,tangannya tidak segan-segan mengelus-elus penisku dari luar.
Kami tetap berciuman.
Pelan-pelan tangan kananku bergeser dari
pantat menuju memeknya. Ketika jariku mulai membelah dan menemukan
clirotisnya maka saat itulah dia melepaskan ciumannya, dia mendesah dan
tubuhnya sedikit bergetar. Kuusap pelah-pelan clirotisnya, kujelajahi
belahan memeknya dari bawah sampai atas. Basahnya sudah tak terbendung.
Aku
merasa dia berusaha membuka resleting celanaku. Akhirnya aku lepas
pelukannya, aku lepas memeknya. Dia agak terkejut dengan perbuatanku.
Kutatap sambil kupegang kedua bahunya.
” kamu yakin akan melakukan ini…..? tanyaku. Dia cuma mengangguk pelan.
” Aku sudah memimpikan ini dari dulu” lirihnya.
Akhirnya
ku bimbing dia ketempat tidur. Kami berciuman kembali. Satu demi satu
pakaian terlepas. Kutelusuri tubuhnya yang tidak muda lagi. Sambil tetap
berciuman kubuka pahanya dan tanganku kembali menyelinap lembut pada
memeknya. Pada saat itulah tangannya mencari-cari penisku. Sambil
digenggam diusapnya cairan yang keluar dari penisku dengan ibu jarinya.
Rasanya sungguh luar biasa ketika ibu jarinya berputar-putar di ujung
penis.
Tak lama aku merasa bahwa penisku di tarik-tarik pelan. Aku
tahu dia sudah menginginkan penisku dimasukan. Tapi aku ingin melihat
dulu bentuk memeknya. Maka ku lepas ciumanku dan aku turun kebawah.
Sambil duduk diantara kakinya kulebarkan pelah-pelan kedua pahanya. Dan
memek itu merekah. Warna merah muncul diantara lebatnya bulu. Penisku
makin berdenyut melihatnya.
“aku jilat ya…..” pintaku. Dia diam
saja. Maka lidahku kubenamkan diantara rimbunnya bulu dan menelusuri
setiap lekuk lubang basah, hangat dan beraroma khas. Kujilat dan kuisap
clirotisnya. Desahnya sudah berganti dengan erangan. Kedua tangannya
mencengram lembut rambutku. Terus kumainkan lidah menelusuri lembah
sampai ke dalamnya. Sementara penisku terus berdenyut. Dan ketika Wati
sudah menarik-narik rambutku, maka aku paham dia sudah menginginkan
penisku masuk ke dalamnya.
“ah…mas, masukin sekarang mas…….” lirihnya
Pelan-pelan
aku merayap di atas tubuhnya, sambil tetap menciumi perut, dada dan
lehernya. Ketika akhirnya kepala penisku menemukan lubang kenikmatan itu
kasabaran Wati sudah hilang. Di dekapnya aku dengan satu tangan dan
tangan lain menekan pantatku sambil pantat dia diangkat ke atas.
AKhirnya penisku masuk dengan sempurna ke dalam memeknya. Bukan lagi
erangan yang aku dengar tapi berubah menjadi teriakan tanpa suara.
Malam
itu kami menemukan kebahagian dan kenikmatan yang luar biasa. Kami
saling menjelajahi tubuh dengan mata, bibir dan lidah. Saling pijat
dengan tangan dan kemaluan kami.
Berminggu-mginggu kemudian kami
rutin ke hotel. Baik di kota asalku atau di Jakarta. Dan yang
mengherankan aku adalah suaminya “merestui” hubungan kami. Belakangan
aku tahu bahwa suaminya sudah lama tidak berfungsi.
Pada sekitar bulan ke 4 hubungan kami, sesuai dengan janji aku datang lagi ke rumahnya. Ku ketuk pintu seperti biasa.
” silahkan masuk, mas. ” kudengar bukan suara Wati, tapi suara Sri. Aku pun masuk dan duduk di ruang tamu.
”
mbak Wati nya lagi arisan mas, tunggu dulu aja ya.” kata Sri sambil
pergi. Akupun mengiyakan. Tak lama kemudian dia muncul lagi dengan
membawa teh hangat.
” minum mas” kata Sri. Aku pikir dia akan
masuk kedalam lagi tapi ternyata duduk di hadapanku menemaniku ngobrol.
Kami ngobrol biasa, aku sama sekali tidak menggoda. Dan dari obrolan
itulah aku tahu bahwa dia dulu nikah usia muda dan sekarang sudah
menjanda selama 4 tahun dengan 2 0rang anak perempuan berusia 22 dan 19
tahun. Tidak berapa lama kami mengobrol basa-basi tiba-tiba Sri
bertanya:
” jakartanya di mana mas?” kusebutkan satu daerah di jakarta selatan.
“kalau sunter di daerah mana mas? tanya Sri kembali.
“emang ada apa?” balasku bertanya.
“minggu depan saya ada undangan teman dekatku menikahkan anaknya, di sunter” ujarnya.
”
oh…ya kalau kamu belum tahu daerahnya nanti saya antar deh, tinggal
kasih tahu kapan berangkatnya, nanti saya jemput di statsiun gambir.”
kataku. Sri tampak ragu-ragu menerima tawaranku.
“aku nggak enak sama mbak Wati” katanya.
“ya
jangan kasih tahu mbak Wati” kataku. Akhirnya dengan sedikit ragu Sri
mengiyakan tawaranku. Dan untuk memperlancar urusan kami saling bertukar
nomor handphone. Tak lama kemudian datanglah 2 cewek cantik menerobos
masuk. Sri langsung mengenalkan mereka padaku.
” ini anak-anakku.
yang besar Yani dan adiknya Indah” katanya. Aku hanya terpana melihat
kemolekan mereka. Setelah bersalaman merekapun masuk ke dalam.Tidak lama
kemudia Wati datang bersama suaminya.
Singkat cerita malam itu
saya dan Wati kembali bertempur di hotel sampai terasa lolos
tulang-tulangku. Besoknya ketika aku pulang menggunakan kereta, masuk
SMS dari Sri berbunyi : ” Mas, smalam diapain mbakku? hari ini
keliatannya lemes banget tapi wajahnya cerah…”
Kubalas SMSnya
dengan bahasa yang agak vulgar ” Ku jilat dari atas sampai bawah, yang
paling lama di tengah2. main 3 ronde, mas juga lemes”. Seketika itu
juga datang balasannya ” Enak dong”. Lalu ku balas ” Mau nggak?”. Tak
ada balasan lagi.
Terus terang semenjak saat itu yang selalu lebih
terkenang di benakku adalah Sri bukan Wati. Kami lebih sering SMS an,
aku sengaja memancing dengan bahasa yang “nyerempet2.”, namun Sri
menanggapi dengan dingin saja.
Pada waktu yang telah ditentukan
dengan perasaan berbunga dan dengan rencana “jahat” di otakku, aku
jemput Sri di Stasiun Gambir. Namun rencanaku terasa berantakan
seketika. Ternyata Sri datang dengan anak sulungnya, Yani. Entah
perasaanku saja atau memang nyata demikian, aku melihat kerinduan di
mata Sri ketika dia melihatku. Kami bersalaman dan langsung berangkat
menuju salah satu daerah di Sunter. Ternyata rumah kerabat Sri berada di
daerah padat penduduk. Rumah kecil di gang kecil. Karena suasana mau
pesta, maka rumah kecil itu semakin sesak dengan famili dan kerabat yang
lain. Aku melihat keraguan di mata Sri ketika ditawari menginap di
situ.
“tidurnya gimana ini?” lirih Yani yang sempat aku dengar.
Akhirnya aku berinisitif menawarkan hotel yang dekat lokasi itu.
Merekapun mau. “Ini kesempatan” pikirku. Selama dalam perjalanan aku
menyusun lagi strategi agar malam itu aku bisa menikmati Sri. Peniskuku
sudah tegang sejak memikirkan itu.
Ketika di hotel aku pesan 2 kamar. Sri dan Yani terlihat heran.
“Lho, kami satu kamar berdua aja, ga usah masing-masing satu kamar” ujar Sri.
“Ini
buat aku, lagi malas pulang” kataku. Menjelang sore kami sudah masuk
kamar masing-masing. Selama itu pula aku masih bingung memikirkan
rencana “jahat” ku. Namun yang namanya setan sungguh tahu kehendaku.
Selepas magrib pintuku di ketuk Yani.
” Om, Yani pamit dulu
sebentar, ini teman Yani jemput” katanya sambil mengenalkanku pada
seorang cewek sebayanya. Rupanya Yani janjian dengan seseorang.
” kemana?” tanyaku. ” Mau ke Salemba, om. kerumah teman” jawabnya. Hatikupun bersorak. ” nginap aja sekalian” dalam hati.
Nggak
lama aku SMS Sri, ” Lagi ngapain nih? aku lagi bengong ga da teman
ngobrol” Nggak ada jawaban sampai 30 menit. Cemas aku menduga-duga. Tak
lama kemudian pintuku di ketuk. Kulihat Sri berdiri depan pintu dengan
menggunakan pakaian santai. Kaos dan celana selutut. Kupersilahkan dia
masuk, dengan ragu-ragu dia melangkah dan duduk di kursi rias. Setelah
sedikit berbasa basi aku melancarkan serangan.
” kamu masih cantik dan bodymu juga masih OK, kenapa ga nikah lagi?” tanyaku.
“aku masih senang sendiri, takut nikah nanti cerai lagi…..” jawabnya.
“tapi
kan kamu masih muda, masih punya bebutuhan khusus yang harus dipenuhi”
sambungku. Dia menunduk, paham maksudku.
Kutunggu jawabannya beberapa
saat. Sebelum dia sempat menjawab aku sudah menyentuh pundaknya dari
belakang. Dia nampak terkejut tapi juga tidak menampik. Kugeser perlahan
tanganku ke pipinya, saat itulah dia menampik tanganku. Aku bukannya
berhenti malah ku genggam pergelangan tangannya, kutarik dia untuk
berdiri.
Dengan perasaan yang masih bingung ku cium dia di bibirnya.
Berontak dia. Kucengkram rambut dan kepalanya agar dia tidak berontak
dan melepas ciumanku. Beberapa saat kemudian aku merasa lengannya
melinggkar di pinggangku, saat itulah kulepas cengkraman dirambutnya.
Dia mulai membalas liarnya lidahku. Tanpa buang waktu tanganku sudah
menelusuri dadanya sampai akhirnya berlabuh di memeknya. Dan malam itu
kami sempat bercinta 2 babak sampai pintu di ketuk dari luar.
Tok….tok….tok. Kami semua terkejut dan terperangah. Yani sudah pulang.
Kulihat jam di dinding 22.20. Dengan terburu-buru Sri mengenakan baju,
begitupun aku. Tak lama kemudia Sri keluar.
Besoknya aku melihat
perubahan di wajah Yani. Ia yang tadinya ramah mendadak menjadi sangar
melihatku. Tak mau bicara baik ke ibunya apalagi ke aku. Rupanya ia tahu
apa yang sudah kami perbuat. Sekitar jam 9 saya antar mereka menuju
tempat pesta dan siangnya saya antar kembali mereka ke Stasiun Gambir,
pulang ke kota asal.
Satu minggu kemudian aku kembali datang ke
kota kecil itu. Terus terang aku lebih menginginkan Sri daripada Wati.
Maka yang pertama aku hubungi adalah SRi. Dan malam itu saya
menghabiskan waktu di hotel dengan Sri. Besoknya di hotel lain saya
berduaan dengan Wati. Begitu terus setiap 2 minggu sampai kurang lebih 3
bulan aku menikmati pelayanan dengan 2 gaya dari kakak-adik.
Pada suatu saat ketika saya sedang di kantor di Jakarta, masuk no telphon yang tidak aku kenal.
” hallo….” jawabku. “Om…..” ku dengar suara ragu-ragu. Aku kemudian sadar bahwa ini suara Yani.
” ada apa Yan?” tanyaku setelah berbasa basi.
”
tolong Yani, Om. Yani ada di jakarta tapi Yani kena razia narkoba.
Sekarang ada di Polsek Jakarta ………” jawabnya sambil menyebutkan satu
wilayah jakarta. Sorenya aku kunjungi Yani. Dia nampak lelah namun tidak
terlihat cemas. 3 hari Yani di tahan. Dan selama itu pula aku yang
mensuplai makanan dan baju-baju. Pada hari ke 4 Yani di bebaskan karena
tidak terbukti. Sedangkan temannya terus ditahan karena terbukti. Aku
bingung Yani mau dibawa ke mana. Ke rumahku jelas ga mungkin. Akhirnya
aku cari hotel dekat rumah. Setelah aku ajak makan di hotel itu aku
terus pulang, sedangkan Yani langsung masuk kamar.
Jam 8 malam itu aku coba telphon Yani untuk sekedar menanyakan kabar.
“Om,
Yani perlu obat maag sama sikat gigi” katanya. ” Oke, ntar Om antar”
jawabku. Dalam perjalanan ke hotel itulah pikiran kotorku muncul.
Ketika aku mengetuk pintu Yani hanya melongokan kepalanya di pintu. Dia
nampak ragu-ragu mempersilahkan aku masuk ke dalam. ” Boleh Om masuk?.
Om mau ngobrol sebentar ngomongin soal hubungan om dan mamahmu”.
Akhirnya aku dipersilahkan masuk. Dan saat itulah aku dihadapkan pada
pemandangan yang luar biasa. Yani hanya mengenakan tangtop tanpa BH dan
celana jins pendek sekali hampir pangkal paha. Payudaranya menggelembung
dengan sehat, pentilnya samar-samar menonjol keluar. Rupanya dia sadar
aku memperhatikan dan cepat-cepat menutupnya dengan selimut.
”
Yani…..om mohon jangan di tutupi. Kamu punya tubuh luar biasa indah
sayang kalo tidak ada yang menkmati” kataku langsung. Merah padam
mukanya mendengarku berkata begitu. Antara malu dan marah menjadi satu.
Tapi setan sudah terlanjur menguasaiku. Dengan segala rayuan dan bujukan
akhirnya Yani mau melepaskan selimutnya. ” Boleh aku sentuh Yan? di
luarnya aja…….” pintaku. Yani langsung menolak sambil menyilangkan
tangannnya di dada. Juga dengan rayuan dan bujukan akhirnya aku di
ijinkan memegang putingnya dari luar.
Sambil kami duduk di sisi
tempat tidur, aku mulai menyentuh putingnya. Dia tidak bereaksi dengan
wajah menoleh jauh. Ku sentuh lagi putingnya yang sebelah kanan. Masih
belum bereaksi juga. Ketika aku pilin putingnya dengan kedua jariku,
mulailah ia sedikit menggelinjang dan kulihat putingnya mulai tegang.
Kuputar jariku di kedua putingnya, semakin jelaslah tonjolan di kaosnya.
Aku sudah tak tahan ini menyelusupkan tanganku ke balik tangtopnya.
Namun tanganku di cegah ketika baru sampai perut. sementara tangan
kiriku masih bergerilya di luar kaos tangan kananku mulai naik perlahan
dari perut. Aku merasakan pegangan tangan dia mengendur, akhirnya
sampailah tanganku kepuncak bukit kenikmatan dengan bebas. Ketika
kudengar suara rintihan halus, pada saat itulah aku yakin bahwa
permainan ini bisa sampai tuntas. Maka mulaikah aku meremas, menjilat
dan meghisap putingnya, perutnya, clirotisnya dengan lembut. Dan malam
itu aku mendapatkan segalanya. Walaupun Yani sudah tidak perawan, namun
dia masih merasa sakit ketika penisku masuk ke memeknya. Karena penisku
adalah yang kedua kalinya masuk memeknya setelah dia melakukan yang
pertama dengan pacarnya 2 tahun yang lalu. Malam itu kami tidak tidur,
aku mengajari teori dan praktek bercinta pada Yani. Selain memberikan
pengertian bahwa hubunganku dengan ibunya adalah sebatas memenuhi
kebutuhan sex.
Singkat cerita hari-hari selanjutnya aku disibukan
oleh SMS dan deringan HP dari mereka bertiga Wati, Sri dan Yani. Ketika
aku pulang ke kotaku, maka ku gauli ketiganya dengan cara digilir
dengan jadwal yang tersusun rapi sehinga tidak terjadi “tabrakan”.
Orang
ke empat yang aku gauli sebenarnya bukan anggota keluarga Wati, tapi
calon anggota keluarga. Sebut saja namanya Nancy. Ia adalah pacar dari
anaknya Wati yang bernama Roy. Kisahnya bermula dari kunjunganku ke
rumah Wati. Pada saat itu tiba-tiba aku mendapatkan telephon dari kantor
di Jakarta. Dikatakan aku harus menghubungi Mr.X. No HP Mr.X ini
ternyata CDMA. Karena perkiraanku pembicaraan akan panjang maka aku
meminjam HP anaknya Wati (bernama Roy) yang kebetulan juga CDMA. Maka
sore itu atas ijin Roy aku pinjam sampai besok CDMA nya.
Malam hari ketika aku sedang makan di luar, tiba-tiba HP Roy berbunyi.
” Hallo” Jawabku. Aku sudah siap-siap mendengar suara Mr. X. Namun ternyata yang kudengar suara merdu seorang perempuan.
”
Hallo juga, ini siapa?” jawabnya ragu-ragu. Setelah saling bertanya
baru aku tahu kalau yang telephon itu adalah tunangan Roy. Aku
menjelaskan bahwa malam itu HP Roy aku pinjam. Dengan segala caraku
akhirnya kami berkenalan, bahkan ngobrol sampai panjang lebar. Rupanya
obrolan kami nyambung sehingga kami berjanji akan saling menelephon
lagi.
Singkat kata Nancy rupanya tipe orang yang penasaran akan
sex namun takut untuk melakukannya. Dengan Roy hanya sebatas bercumbu
tidak mau lebih dari itu. Karena dia sadar bahwa dia mudah “panas” maka
bercumbu dengan Roy hanya sebatas dada. Dia ingin lebih dari itu tapi
takut kebablasan, katanya.
Nancy banyak bertanya kepadaku soal
Sex, sampai akhirnya kami ber Phone sex. Namun lama-lama kami berdua
penasaran juga. Akhirnya dengan suatu perjanjian aku bisa membawa Nancy
ke hotel. Perjanjian itu adalah: aku boleh mengeksplorasi tubuh dia dan
saling memberi kenikmatan namun aku tidak boleh memasukan penisku ke
memeknya. Dia masih perawan!!. Ketika kutanyakan mengapa dengan aku,
bukan dengan Roy?. Jawabnya adalah : Dia tidak yakin Roy mampu menahan
penisnya masuk ke memeknya. Komitmen itu aku pegang teguh.
Ternyata
dugaanku dan dugaan dia benar. Nancy sangat mudah terbakar. Ketika aku
cium, bibirnya seolah magnet. langsung terpaut dengan bibirku, Tak mau
lepas. Seolah kami sudah mengenal sejak lama, kami langsung melepaskan
seluruh pakaian . Ketika aku akan melepaskan CDnya, kulihat bulatan
basah sudah terpampang diCDnya. Kujilati seluruh tubuhnya, dia hanya
bisa mendesah dan merintih. Kujilati pula clirotisnya, kujelajahi
seluruh lekukan memeknya dengan lidahku. Kutempelkan kepala penis ku ke
lubang memeknya, ke clirotisnya. Ku usap-usap clirotisnya dengan kepala
penisku. Ku lihat ia beberapa kali orgasme. Hari itu aku berpesta dengan
tubuhnya. Tapi aku tidak memasukan penisku ke memeknya!!!. Spermaku
keluar dengan cara di kocok dengan tangan atau payudaranya. Bulan Maret
2010 kemarin Nancy sudah berani mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya.
Dia berjanji jika sudah menikah, kami akan selalu bertemu untuk
menuntaskan rasa yang tertunda.