Pada suatu hari ketika sedang sibuk-sibuknya di kantor, datang sepucuk surat lewat perusahaan kurir yang ditujukan kepadaku dari kota asal kelahiran ku di jawa barat. Tanpa alamat pengirim. Dengan perasaan bingung campur penasaran aku buka surat itu. Surat itu ternyata dari mantan pacar (Wati, nama samaran) cinta pertama kami berdua sewaktu S...
Shop now !Ngentot ABG Anak SMP Surabaya Hani Ngentot ABG Anak SMP Surabaya, Hari ini cerita lama gw, waktu itu awal tahun 94. gw dapat tugas dari bos gw ke surabaya…gile bener gak nyangka jg gw yg disuruh setau gw kantor cabang di surabaya baru buka dan yg pasti masih berantakan semuanya…yg jd pikiran gw dimana gw mau tinggal atau ngekos, masalahnya bo...
Shop now !Tante Yuli Yang Sexy Dan Bahenol..Ini cerita merupakan pengalamn pribadi saya. Namaku Ruli mahasiswa asal medan. Lahir dan menuntut ilmu dimedan hehehe. Singkat cerita 3 bulan lalu akupergi ke plza mileni** untuk membeli hp, mklum lah awal bulan uang lagi on fire pgen gantii Hp baru hehe.. Aku pergi kesana waktu sore hari menjelangmalam diperjal...
Shop now !Ibu Tiri Pengertian - Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku menyelesiakan kuliah di fakultras kedokteran 3,5 tahun yang lalu, dilanjutkan dengan praktek asisten dokter (koas) selama setahun dan kemudian mengikuti ujian profesi dokter. Kini aku sudah resmi menyandang gelar dokter di depan namaku dan sebagai tahap terakhir, aku ...
Shop now !Teman Se-kantorku - Nama panggilanku Sari. Aku berusia 25 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya pada posisi yang cukup menyenangkan baik secara status maupun secara ekonomi. Aku seorang blasteran Jawa-Jepang, namun secara fisik, banyak orang mengira aku keturunan Chinese karena warna kulitku putih dan mataku tidak lebar. Rambu...
Shop now !Cerita ini terjadi ketika aku masih kelas 1 SMA. Pada waktu itu aku kos di daerah tempat aku sekolah. Tempat kosku berada tidak jauh dari sekolahanku. Namaku Dodo, tinggi 167 cm, berat 58 kg, dan aku mempunyai wajah yang boleh dibilang lumayan tampan (menurut temen-temenku). Cerita ini merupakan pengalaman pertamaku melakukan hubungan seksu...
Shop now !Maen ML ABG Anak SMP Surabaya
Tante Yuli Yang Sexy Dan Bahenol
aku melihat toko-toko yang menjual Hp yang inginaku beli.sampai laa aku ke satu toko, aku meawarkan hargahp tersebut dan melihat” kondisi hp tersebut sambilduduk di kursi toko itu,disamping aku ada sosok
wanita yang cantiikk dan sexyy tpi tidak gadismelainkan sosok tante yang bahenol. Dari ujung rambut ke ujung kaki aku m’prhatikan tubuh tante itu.
“Suka pakai BB ya tan.?”
‘ia ni, .’
“looh, hp tante kan lebih bagus di BB tan. (Hp
tante itu sblum nya ditaruh diatas kaca)”
‘karena kawan² tante pada pakai BB semua, jadi tante
pingin cobainn’
“oogh.. (aku menjawab dengan singkat karena fokus
melihat tetek tante tersebut yg sexy)”
tak lama kemudian tante tersebut bertanya dengan
aku.
‘anak kulihan ya.??’
“ ya tan “
‘kamu cakep jugaa. Hehehe (sambil tertawa genit
tante trsebut)’
“ahkk, tante bisa aja. “
“halooo ini tante yg diplaza milen*** tadi ya.??”
‘iaa, ni siapa yaa ?’
“ini aku yg tadi ngbrol dengan tante di toko Hp
tadii”
‘oogh, knpa bisa tau No hp tante.?’
“iaa tan, sebelum pulang tadi aku mencatat Nomor
Hp tante yang baru tadi, hehehhe’ maaf ya tant klo
aku tidak permisi”
‘ia tak apa kog, tante malah seneng bisa mengobrol
dengan kamu lagi, oya,nama kamu siapa.?’
“aku Ruli tan , nama tante siapa? tante tinggal
dmna.?? Uda b’kelurga ya tan.? Maaf banyak tanya
ya tan, habis nya gerogi ngomong dengan tante yg
cantik dan sexy. hehehe”
ahk, ruli bisa aja mengoda tante, panggil aja Tante
yuli, tante uda b’kluarga kog Cuma suami tante
tinggal diluar kota. Tante tinggal di Perumahan
Taman Setia Bu** “
Panjang lebar kami mengbrol dengan tante itu, diakhir telepon aku berani kan diri bertanya dengan
tante itu.
“tan, kapan² aku boleh main kerumah gk tan.??”
‘hmmm, boleh datang aja kapan kamu mau, tpi
kalo mau datang hub tante aja dulu ya, biar tante
bersiap-siap pakai pakaian yang sexy , hehehe’
jatung ku berdetak kencang saat tante itu menjawab seperti itu serasa dapat Harta karun
“ahkk, tante bisa aja bercanda yaa, ya da selamat
malam ya tan.”
Lusa nya tepat nya jam 6 sore,aku menelepon tante tersebut dan hendak mau kerumah nya. tante itu pun meng ia kan , dan aku segera meluncur kerumah nya.Sesampai di rumah tante itu, bah, rumah nyamewah banget, tamannya cukup asri. Aku memencet tombol rumah nya, dan langsung disuruh masuk oleh pembantu nya.Aku duduk di ruang tamu dan datang la sesosok wanita yg berdadan cantik banget, ternyata itu Tante Yuli, aku diam menatap tante itu.
‘Looh, kok melamun, ayo kita makan dulu
diluar ,kamu bisa bawa mobil kan.?’
“iiiaaa iaaa tan, dengan grogi bercampur gugup aku
menjawab nya”
“tapi kereta aku tan (kereta sebutan Untuk Motor
maklum la orang Medan ).?”
‘udah taruh aja digarasi tante’
Kemudian kami makan malam diluar disana aku bukan hanya makan tapi melamunin tubuh tante tersebut, gak kebayang kalo aku bisa ngentot dengan tante ini. Setelah makan kami selesai kami pulang kerumah tante,
“tan, kenapa baju tante gak diganti dengan baju
rumahan, kan lebih nyaman pakai baju biasa tant,?”
‘biar saja pakai baju ini, biar kamu tertarik dan
terpcaing untuk membuka baju tante dengan
sendirinya. (pancing tante tersebut dengan genitnya).
Kami duduk berhadapan diruang tamunya,dan aku melamun hampir 3menit melihat body tante yg aduhai ini. Saat itu aku kaget pada saat aku melamun terdengar aku suara desahhan perempuan yang membuat aku sadar ternyata itu dari video Hp tante itu, dan tante itu pun mendekati aku, dan memacing aku,
‘Ruli,kamu mau gak puasin tante malam ni,? Malam
ni kamu tidur dirumah tante saja, kita ngentot satu
malam ini, puaasiinn tanteeee.’ (bisik tante ini
dikupung aku)
“akkuu takut tan, ntar pembantu tante tauuu
“ (dengan gugup aku menjawab)
‘tenang aja pembantu tante udah tante suruh
didalam kamar saja dan tidak akan memberitahu
kepada suami tante’aku pun mendapat angin sejuk.
Tante itu pun menjilati kuping aku dan tangannya pun naik turun dari atas kepala ku kebawah pahaku, tante itu terus memancing aku dan menari nari erotis di depan aku, (bayangkan sediri gimana rasa nya didpan kita sosok wanita yg bahenol , sexy, tetek dan bodi montok menari-nari erotis didepan kita) Setelah menari tante itu pun duduk diatas pangkuan aku duduk diatas kedua paha aku, dan kami berciuman memainkan lidah beradu lidah satu sama lain, sambil berdesahh,
aahkkk, hmmmmm ahkkk ahh ahh,
aku pun tak mau kalah , aku remas-remas tetek yg besar itu, aku buka kancing baju nya dan aku buka baju nya, terlihat BH tante yg sexy dengan motif² yang bagus, aku buka BH tante itu danm terlihat tetek yg Indah dan langsung aku emut emutt, aku jilatinn aku mainkan teteknya, sehingga membuat tante tersebut mendesah,
aahk ahhh ahhh , Ruli puasin tante malam ini sampai pagii..
Aahhh ooh yess,,
isap yg kuat , emut pentil tante sayangg ,
ahh ahhh uhhm ..
Sambil aku isap tetek nya sambil aku peluk tante itu dan aku remas remas pantatnya yg montok itu, Tak lama kemudian kami berdiri kami berciuman lagi sambil mengoyangkan badan kami. ‘tante udah gak tahan sayang , ayuk kentotin tante sayang,.
“ia tante sayang aku juga sudah tidak tahan.. “
Aku buka celana tante , telihat G-string tante yg model nya hanya tertutup bagian pepek saja, aku buka, dan langsung aku jilat jilat pepek tante, hmm , harum sekali pepek tante, aku suka tante, ‘ia sayang emut teruss jilat teruss buat tante terbang kelangit ketujuh sayang..
ahhh.. oooh yess baby, emut sayang jilattiin
terusssssss.
Ahhh ahhh ahhh ohh yess uhhm ..
aaaaaaaaaaaaaaahhk,
tante sudah orgasme ni sayang.... desah tante membuat aku semakin bergairah, kemudian tante berdiri dan mebuka celana aku dan sempak aku. tante tersebut kaget melihat ukuran kontol aku yg cukup besar dan gemuk, tag tahan tante melihat langsung diemut nya kontol aku, sluppp sluppp slrupp, bunyi kontol aku yg keluar masuk dari mulut tante,
tan, aku gk tahan, ayuk kita ngentot tan,,
ia sayang , sambil dicium nya aku,
dan aku pun mulai memasukan kontol aku
kepepek tante itu,
‘sayang pelan pelan ya masukin nya, kontol kamu
gemuk bget sayang,, ‘
“ia tante ku sayang, bles akhirnya kontol
aku pun masuk,
‘aahhh yess baby, sayang puasin tantee
sekarang.
“ia tante. Aku mengoyang goyang kan pinggul ku
kami melakukan posisi MON.
ahh yess ahh ahhh ahh yess, hhmm kontol kamu
ena¬k banget sayangg, ahhhh yesss , ooohh ouhhh,
hmmmm.
sayang ganti posisi,,,
sekarang tante yg akan mengoyangkan kamu
sayang, kamu dimaktin aja pepek tante ya
sayang...
Pelan pelan dimasukin , ahhhhh, tan, rasa nya kontol
aku dipijit pijit,
digoyangkan nya pantat tante yg montok, sambil
aku isap isap tetek tante,
‘Sayang isap in tetek tante yaa, emut terus, ia
tan.
ahhhhhh ooohhh yesss, ahhh ahhh ahhk
oooughhhhhhhhhhyess.
tak lama kemudian,
Tann, aku mau keluar ini, ahhh ahhhhhoohhh ,,
ia sayang tante juga, kamu keluari didalam aja yaa,
tante pengen rasain manik kamu didalam sayang.
ia tan,
Tante pun mulia mengoyang-goyangkan dengan
nikmatnyaa.
aaaaahh ahhh ahhhkkk yesss yesssssss, aaahh
ahhh tannnn , akkkuu keluaaaarrrrr ni,, aahhhh ahh
oughhhhhhhhhhh.
kami pun berpelukan posisi tante di atas tubuh ku,
‘Ruli sayang, biarin dulu yaa kontol kamu nancep
dipepek tantee,, pepek tante masih mau di entot
lagi.
kami pun istirahat sejenak dan posisi tidak berubah,,nikmat banget pepek tante, aku berbisik
ditelinga tante, dan aku cium kening nya.
ibu tiri yang pengertian
Seperti kebanyakan orang sukses di kotaku, Ayah adalah seorang pengusaha warung makan yang lebih dikenal dengan sebutan Warteg. Sejak aku SMP, ayahku sudah punya 2 warteg di kota asalku, 4 di Jakarta dan 2 gerai di Jogja. Berbekal kesuksesan itulah Ayah yang dulu hanya beristrikan ibuku, mulai buka cabang di Jakarta dan Jogja. Alasannya sederhana: butuh tempat singgah waktu memantau jalannya usaha. Pada awalnya, aku sebagai anak sulung, menjadi anaknya yang menentang poligami Ayah. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMU dan Ayah pertama kalinya berpoligami dengan menikahi seorang gadis yang usianya hanya terpaut 10 tahun dariku. Namun justru ibuku yang mendamaikan perselisihanku dengan Ayah dengan alasan klasik yaitu Ayah sudah berjanji untuk tetap membiayai hidup kami dan sebagai jaminannya, 2 warteg di Tegal secara penuh menjadi milik Ibu.
Lalu bagaimana dengan perselisihanku dengan Ayah? Wah, sejak Ibu sudah memaklumi Ayah, aku pun sudah tidak pernah mengungkitnya lagi. Hubunganku dengan Ayah, bahkan dengan dua isteri muda Ayah baik-baik saja. Bahkan Ayah menyempatkan diri hadir dalam wisudaku dulu.
Isteri kedua ayah, yang berarti ibu tiriku, bernama Nurlela, tinggal di sebuah perumahan di daerah Bintaro. Dari hasil pernikahan dengan Mama Lela (begitu Ayah menyuruhku memanggilnya), Ayah dikaruniai 2 orang anak. Setelah 5 tahun menikah dengan Nurlela, Ayah kemudian “buka cabang” lagi di Jogja, kali ini dengan seorang janda beranak satu, bernama Windarti, yang kupanggil dengan Mama Winda, usianya bahkan hanya terpaut 6 tahun denganku.
Sebagai seorang lelaki, aku harus jujur untuk mengacungkan jempol buat Ayah dalam memilih isteri muda. Kedua “gendukan”-nya, meskipun tidak terlalu cantik, namun punya kemiripan dalam hal body, yaitu “toge pasar”. Rupanya selera ayah mengikuti tren selera pria masa kini yang cenderung mencari “susu” yang montok dan goyangan pantat yang bahenol.
Dari dua ibu tiriku itu, tentu saja aku lebih akrab dengan Mama Winda, karena selama aku kuliah di Jogja, setiap akhir bulan aku menyempatkan bermalam di rumahnya yang juga lebih sering ditinggali Ayah. Maklum Mama Winda adalah isteri termuda, meskipun berstatus janda.
Bagiku sebenarnya sangat canggung memanggil Winda dengan sebutan Mama, jauh lebih cocok kalau aku memanggilnya Mbak Winda, karena usianya memang hanya lebih tua 6 tahun dariku. Wajahnya manis selayaknya orang Jogja, dan yang membuatku betah bermalam di rumahnya adalah “toge pasar” yang menjadi keunggulannya.
Suatu saat, ketika aku masih kuliah. Seperti biasa, pada akhir pekan di minggu terakhir, aku membawa sepeda motorku dari kost menuju rumah Ayah dan Mama Winda. Rupanya saat itu Ayah sedang “dinas” ke Jakarta, mengunjungi Mama Nurlela, sehingga hanya ada Mama Winda dan anaknya dari suami pertamanya yang berusia 5 tahun bernama Yoga. Seperti biasa pula, aku membawakan cokelat buat adik tiriku itu.
Saat datang, aku disambut oleh Yoga, sementara ibunya ternyata sedang mandi. Karena belum tahu kalau aku datang, Mama Winda keluar kamar mandi dengan santainya hanya berbalut handuk yang hanya “aspel” – asal tempel. Melihat kehadiranku di ruang tengah, sontak Mama Winda kaget dan salah tingkah.
“Eh... ada Mas Kemal..”, serunya sedikit menjerit dan melakukan gerakan yang salah sehingga handuknya melorot hingga perut sehingga payudaranya yang sebesar pepaya tumpah keluar.
“Glek..”, aku menelan ludah dan menatap nanar pada ibu tiriku yang bertoket brutal itu. Sayang sekali pemandangan indah itu hanya berlangsung sebentar karena Mama Winda segera berlari ke kamar.
Dadaku berdegup kencang, birahiku langsung naik ke ubun-ubun. Ingin rasanya aku ikut berlari mengejar Mama Winda ke kamarnya, menubruknya dan meremas buah dada pepayanya. Sayang aku belum berani melakukannya.
Aku hanya bisa “manyun” sambil bermain dengan adik tiriku sampai akhirnya sang ibu tiri keluar kamar. Tidak tangung-tanggung, dia membungkus tubuh montoknya yang baru saja kulihat toket brutalnya dengan pakaian muslim, lengkap dengan jilbabnya. Mama Winda sehari-harinya memang mengenakan jilbab. Birahiku langsung “watering down”... layu sebelum berkembang.
Sebagai pelampiasan, pada saat mandi aku menyempatkan diri untuk masturbasi, kebetulan ada tumpukan pakaian dalam kotor milik Mama Winda di dalam ember. Awalnya aku mengambil bra warna hitam dengan tulisan ukuran 36BB yang mulai memudar. ‘Pantas besar seperti pepaya’ pikirku membayangkan dua buah dada besar milik Mama Winda yang sempat kulihat beberapa waktu lalu.
Sambil membayangkan buah dada Mama Winda, aku mengambil celana dalam hitam Mama Winda dan menciuminya. Aroma khas vagina masih tertinggal di sana, mengantarkan masturbasiku dengan sabun mandi sampai akhirnya menyemprotkan sperma di dinding kamar mandi.
Sesudah mandi aku menonton TV bersama Mama Winda dan adik tiriku. Kami mengobrol akrab sampai sekitar jam 8 adik tiriku minta ditemani mamanya untuk tidur. Sebelum menemani anaknya tidur, Mama Winda masuk kamarnya untuk bertukar pakaian tidur baru kemudian masuk kamar anaknya.
Setelah anaknya tidur, Mama Winda keluar kamar dengan kostum tidurnya yang sama sekali berbeda dengan kostumnya tadi sore. Pakaian muslimnya yang tertutup berganti dengan gaun tidur warna putih yang meskipun tidak tipis tapi memperlihatkan bayangan lekuk tubuh montoknya, termasuk warna bra dan celana dalamnya yang berwarna ungu. Kontan birahiku langsung naik kembali.
“Wow... Mbak Winda cantik sekali”, pujiku tulus terhadap ibu tiriku yang memang tampak cantik dengan gaun tidur putih itu. Rambut panjangnya tergerai indah menghiasi wajah manisnya.
“Huss... kalau Bapakmu tahu, bisa dimarahin kamu, panggil Mbak segala”, serunya agak ketus namun tetap ramah.
“Bapak lagi ngelonin Mama Lela, mana mungkin dia marah”, pancingku.
“Ih, apa sih hebatnya si Lela itu? Aku belum pernah ketemu”, sergah Mama Winda. Nadanya mulai agak tinggi.
“Hmm... menurut saya sih... dan Bapak pernah cerita bahwa dia suka buah dada Mama Lela yang besar”, sadar pancinganku mengena, aku segera melanjutkannya. Padahal tentu saja aku berbohong kalau bapak pernah cerita, tapi kalau ukuran buah dada, mana kutahu dengan pasti. Yang kutahu buah dada Mama Lela memang besar.
“Oh ya?... “, benar saja, emosi Mama Winda semakin meninggi. Dadanya ditarik seakan ingin menunjukkan padaku bahwa buah dadanya juga besar.
“Bapak kalau di rumah Mama Lela suka lupa diri, pernah mereka ML di dapur, padahal waktu itu ada saya”, cerita bohongku berlanjut,”mereka asyik doggy style dan tidak sadar kalau saya melihat mereka”.
“Gila bener... pasti si Lela itu gatelan dan tidak tahu malu ya?”, sergah Mama Winda dengan emosi.
“Apanya yang gatelan Mbak?”, tanyaku.
“Ya memeknya.... “, karena emosi, Mama Winda sudah tidak peduli omongan jorok yang keluar dari mulutnya,”pasti sudah kendor tuh memeknya si Lela!”
“Kalau punya Mbak pasti masih rapet ya?”, tantangku.
“Pasti dong... saya kan baru punya anak satu”, kilahnya,”...dan saya kan sering senam kegel, Bapakmu gak akan kuat nahan sampai 5 menit, pasti KO”.
“Ya lawannya udah tua..., pasti Mbak menang KO terus”, aku terus menyerang sambil menghampiri Mama Winda sehingga kami duduk berdekatan.
“Maksudmu apa Kemal?”, Mama Winda mulai mengendus hasratku. Matanya membalas tatapan birahiku pada dirinya.
“Sekali-kali Mbak harus uji coba dengan anak muda doong”, jawabku enteng sambil tersenyum.
“Welehh... makin berani kamu ya?...”, tangannya menepis tanganku yang mulai mencoba menjamah lengannya.
“Enggak berani ya Mbak?”, tantangku semakin berani,”melawan anak muda?”.
“Gendeng kamu... aku ini kan ibu tirimu”, katanya berdalih.
“Ibu tiri yang cantik dan seksi”, puji dan rayuku.
“Gombal kamu”, serunya dengan wajah agak merah pertanda rayuanku mengena.
“Mbak Winda...”, aku terus berusaha,”coba bayangkan Bapak sedang ML sama Mama Lela sekarang dan sementara Mbak Winda ‘nganggur’ di sini”.
“Terus?...”, pancingnya.
“Ya... saya bisa memberikan sentuhan dan kepuasan yang lebih buat Mbak daripada yang diberikan Bapak...”, kataku persuatif.
“Kamu sudah gila Kemal”, ibu tiriku masih nyerocos, namun tangannya kini tidak menolak ketika kupegang dan kuarahkan ke penisku yang sudah mengeras.
“Mungkin saya memang gila Mbak, tapi Bapak lebih gila, mungkin dia sekarang sedang nyedot susunya Mama Lela yang besar... atau mungkin sedang jilat-jilat memeknya”, aku terus membakar Mama Winda.
“Huh... Bapakmu enggak pernah jilat memek, ngarang kamu..”, sergahnya.
“Oh ya?... tapi dia pernah cerita kalau di hobby sekali menjilat memek Mama Lela..”, aku terus berbohong sementara tanganku sudah aktif menarik rok Mama Winda ke atas sehingga kini pahanya yang montok dan putih sudah terlihat dan kubelai-belai.
“Kamu bohong...”, katanya pelan, suaranya sudah bercampur birahi.
“Ih... bener Mbak, Bapak suka cerita yang begitu pada saya sejak saya kuliah di kedokteran”, ceritaku.
“Awalnya Bapak ingin tahu apakah klitoris Mama Lela itu normal atau tidak, karena menurut Bapak, klitoris Mama Lela sebesar jari telunjuk”. Tanganku semakin jauh menjamah, sampai di selangkangannya yang ditutup celana dalam ungu. Mama Winda sedikitpun tidak memberi penolakan, bahkan matanya semakin sayu.
“Stop Kemal, jangan ceritakan lagi si Lela sialan itu...,” pintanya,”Kalau tentang aku, Bapakmu cerita apa?”
“Eh... maaf ya Mbak... kata Bapak, memek Mbak agak becek...”, kataku bohong,”Pernah Bapak bertanya pada saya apakah perlu dibawa ke dokter”.
“Sialan Bapakmu itu... waktu itu kan cuma keputihan biasa”, sergah Mama Winda. Bagian bahwa gaun tidur putihnya sudah tersingkap semua, memperlihatkan pahanya yang montok dan putih serta gundukan selangkangannya yang tertutup kain segitiga ungu. Sungguh pemandangan indah, terlebih beberapa helai pubis (jembut) yang menyeruak di pinggiran celana dalamnya.
“Hmm... coba saya cek ya Mbak...”, kataku sembari menurunkan wajah ke selangkangannya.
“Crup...”, kukecup mesra celana dalam ungu tepat di tengah gundukannya yang sudah tampak sedikit basah. Tersibak aroma khas vagina Mama Winda yang semakin membakar birahiku.
Dengan sedikit tergesa aku menyibak pinggiran celana dalam ungu itu sehingga terlihatlah bibir surgawi Mama Winda yang sudah basah... dikelilingi oleh pubis yang tumbuh agak liar.
“slrupp.... slrupp..”, tanpa menunggu lama aku sudah menjulurkan lidahku pada klitoris Mama Winda dan menjilatnya penuh nafsu.
Mama Winda menggelinjang dan meremas kepalaku,”Kamu...kamu bandel banget Kemal....okh... okh...”.
“Kenapa saya bandel Mbak... slruppp...”, tanyaku disela serangan oralku pada vagina Mama Winda.
“Okh...kamu... kamu menjilat memek ibu tirimu...Okhhh....edannn... kamu apakan itilku Kemal...??”, teriaknya ketika aku mengulum dan menyedot klitorisnya.
Kini 100% aku sudah menguasai Mama Winda. Wanita itu sudah pasrah padaku, bahkan dia membantuku melucuti celana dalamnya sehingga aku semakin mudah melakukan oral seks.
Sambil terus menjilat, aku memasukkan jari telunjukku ke liang vaginanya yang sudah terbuka dan basah.
“Oooohh.... edannn.... enak Kemal...”, jeritnya sambil menggelinjang, menikmati jariku yang mulai keluar masuk liang vaginanya.
Bahasa tubuh Mama Winda semakin menggila tatkala jari tengahku ikut ‘nimbrung’ masuk liang kenikmatannya bersama jari telunjuk. Maka tak sampai 5 menit, aku berhasil membuat ibu tiriku berteriak melepas orgasmenya.
“Okh..... edannn....aku puassss....okh.....”, tubuh Mama Winda melejat-lejat seirama pijatan dinding vaginanya pada dua jariku yang berada di dalamnya.
Setelah selesai menggapai orgasmenya, bahasa tubuh Mama Winda memberi sinyal padaku untuk dipeluk. Akupun memeluk dan mencium bibirnya dengan mesra. Dia membalas ciumanku dengan penuh semangat.
“Enak kan Mbak?”, tanyaku basa-basi.
“He’eh...”, dia mengangguk dan terus menciumiku.
“Tapi saya belum selesai periksanya lho Mbak...,” kataku manja.
“He3x... kamu benar-benar calon dokter yang bandel Kemal...,” dia terkekeh senang,”Kamu mau periksa apa lagi heh?”
“Periksa yang ini Mbak...”, kataku seraya meremas buah pepaya yang masih terbungkus gaun tidur dan bra.
“Ohh... iya tuh... sering nyeri Dok...”, candanya,”minta diremas-remas... he3x...”.
Sejenak kemudian Mama Winda sudah melucuti gaun tidurnya dan mempersilahkanku untuk membuka bra ungunya yang tampak tak sanggup menahan besar buah dadanya.
“Hmmm... slrupp... “, dengan penuh nafsu aku segera menciumi buah dada besar itu dan mengulum putingnya yang juga besar. Warna putingnya sudah gelap menghiasi buah dadanya yang masih lumayan kencang. ‘Pantas Bapak ketagihan’ pikirku sambil terus menikmati buah dada impianku itu.
“Kemal....”, panggil Mama Winda mesra,”Mana kontolmu?... ayo kasih lihat ibu tirimu ini, hi3x...”.
Aku segera menurut dan menanggalkan celana panjang dan sekaligus celana dalamku, memperlihatkan batang penisku yang dari tadi sudah mengeras dan mengacung ke atas.
“woww... lebih besar punya kamu Mal... daripada punya Bapakmu”, puji Mama Winda seraya menggenggam penisku. Sejenak kemudian ibu tiriku sudah mengemut penisku penuh nafsu.
“Weleh.... udah kedut-kedut kontolnya... minta memek ya?”candanya,” Sini... masuk memek Mama...”
Mama Winda mengangkang, membuka pahanya lebar-lebar di sofa tengah, membuka jalan penisku memasuki liang surgawinya yang sudah becek. Setelah penisku melakukan penetrasi, kedua kakinya dirapatkan dan diangkat sehingga liang vaginanya terasa sempit, membuat penisku semakin ‘betah’ keluar masuk.
Seperti promosinya di awal, Mama Winda mengerahkan kemampuannya melakukan kontraksi dinding vagina (kegel) sehingga penisku terasa terjepit dan terhisap, namun seperti sudah kuduga, aku bukan tipe yang mudah dikalahkan. Aku bahkan balik menyerang dengan mengusap dan memijit klitorisnya sambil terus memompa vaginanya.
“Okh... kamu sudah ahli ya Kemal?.... kamu sering ngentot ya...?”, Mama Winda mulai mengelinjang-gelinjang lagi, menikmati permainan penis dan pijatan pada klitorisnya. Semakin lama aku rasakan dinding-dinding vaginanya semakin mengeras pertanda dia sudah dengan dekat orgasme keduanya. Aku semakin mempercepat kocokan penisku pada vaginanya, berupaya meraih orgasme bersamaan.
“Mbak... saya semprot di dalam ya?..” tanyaku basa-basi.
“Semprot Kemal...okh... semprot aja yang banyak...okh....” Mama Winda terus mendesah-desah, wajahnya semakin mesum. Akhirnya dia kembali berteriak.
“Okhhh..... ayo.... okh.... semprot Kemal... semprot memek Mama....”, jeritan jorok, wajah mesumnya dan sedotan vaginanya membuatku juga tidak tahan lagi.
“Yesss.....yess....”, akupun menjerit kecil menikmati orgasmeku dengan semprotan mani yang menurutku cukup banyak ke dalam rahim Mama Winda, ibu tiriku.
Orgasme yang spektakuler itu berlangsung hampir menit dan disudahi lagi dengan pelukan dan ciuman mesra.
“Terima kasih Kemal...,” katanya mesra,”Enak banget, hi3x....”
“Sama-sama Mbak, nanti saya kasih obat anti hamil...”, jawabku sambil melihat lelehan maniku di vaginanya.
“Hi3x... enggak apa lagi... tapi peju kami memang banyak banget nihhh...hi3x...” Mama Winda terkekeh girang melihat lelehan mani putihku di vaginanya.
“Kapan-kapan pakai kondom ya.... mahasiswa kedokteran kok enggak siap kondom, hi3x....” candanya.
“Yaa... saya kan alim Mbak... he3x...”
“Ha3x.... bohong banget, kamu jago gitu... pasti udah sering ngentot ya?...”, tanyanya penuh keingintahuan.
“Pernah sih sekali dua kali... waktu main di Jakarta...” kataku jujur sambil mengingat PSK di panti pijat yang pernah kudatangi di Jakarta.
“Jakarta?... heeee.... jangan2x... kamu.... main sama Lela sialan itu, iya???” sorot matanya berubah, agak emosi,”pantes kamu cerita buah dada Lela besar, klitorisnya juga besar... jangan2x kamu sudah main sama Lela juga ya?....”
“Enggak Mbak.... bukan sama Mama Lela... sumpah!” seruku berkilah.
“Awas kamu kalau main sama Lela...” serunya dengan nada cemburu. Wajahnya yang mesum tampak manja.
“Saya janji tidak akan main sama Mama Lela kalau Mbak rutin kasih jatah saya...he3x....”, pintaku manja.
Mama Winda memeluk dan menciumku mesra,”Baik... kalau Bapak enggak ada, aku SMS aku ya....”
“Siip... saya bawa kondom deh...he3x....” kataku girang.
Kami bermesraan sampai akhirnya “on” kembali dan melanjutkan satu ronde pertempuran sebelum pergi tidur. Itu adalah pengalaman pertamaku dengan ibu tiriku, dan tentu saja bukan yang terakhir. Setiap ada waktu, Mama Winda dengan semangat mengirim SMS dan aku segera datang memenuhi hasrat binal ibu tiriku. Bahkan saking ‘ngebetnya’, pernah Mama Winda mengajak aku bertemu di luar rumah karena ada Bapak di rumah. Bagaimana kisahnya? Nantikan edisi berikutnya. Petualanganku juga tak berhenti pada Mama Winda, karena aku masih punya satu ibu tiri di Jakarta, Mama Lela, yang juga tak kalah montok dengan Mama Winda.
teman kantorku seksi banget
Aku tergolong wanita yang kurus dengan tinggi badan 176 cm dan berat 59 kg. Namun aku merasa memiliki bentuk tubuh yang bagus, dengan kaki yang panjang, dan payudara yang tidak besar namun padat dan kencang. Sejak remaja, kehidupan seksualku tergolong cukup ‘bebas’ untuk orang Indonesia. Selama aku cocok dan dia cocok, aku easy going sajalah. Mungkin sikap ini juga yang membuatku belum mendapatkan pasangan ‘resmi’ hingga sekarang, tapi…who cares? aku toh enjoy aja dengan ini semua.
Tak terasa, aku sudah bekerja hingga pukul delapan malam. Karena AC yang kurang bagus, aku merasa kegerahan dan haus. Aku ingat, di luar bilik kecil ini, di dekat lift, ada sebuah dispenser air minum, aku segera berdiri dan keluar dari ruang itu untuk mengambil air minum. Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang pria sedang mengambil air di dispenser itu, nah, aku lega bahwa ternyata dispenser itu bekerja. Aku segera menghampiri dispenser itu, mengambil gelas, dan menuangkan air ke gelasku.
Pria yang sedang minum tadi tersenyum menyapaku, aku tersenyum balik, sekedar ramah tamah basa basi. Pria itu berbadan besar, tingginya sekitar 180-an lebih tinggi dariku yang tergolong jangkung. Ia tidak terlalu kurus atau gemuk, meskipun tidak juga berbentuk seperti binaragawan. Tubuhnya terbungkus rapi oleh kemeja warna hijau muda dan di lehernya terikat dasi bercorak ramai khas Gianni Versace. hot kissWajahnya pun biasa saja, tampang orang pengejar karir di usia pertengahan duapuluhan. Saat itu aku ditemani Ditto teman kerjaku, hanya kami beda ruang.
Ada yang aneh di pikiranku. Aku merasakan ada gairah yang mendorongku untuk berhubungan lebih intim dengan Ditto. Padahal orangnya biasa saja, kulitnya putih, rambutnya cepak, wajahnya biasa saja meski ukuran tubuhnya memang cukup besar untuk ukuran orang sini. Tapi cara dia bicara, cara dia tersenyum, cara dia memandang mataku, benar-benar hangat, namun tidak nakal atau kurang ajar. Nyatanya, ia tidak berusaha mencuri pandang ke arah yang tidak-tidak seperti pria lainnya yang pernah ketemu aku. Hmm…kira-kira apakah dia ada keinginan untuk making love denganku atau tidak yaa?agen poker
Selagi aku asyik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu. “Masuk!” Kataku sambil berharap bahwa itu adalah Ditto. Ternyata benar, Ditto berdiri di pintu itu sambil menenteng tas notebook di tangan kanannya. Dasinya telah dilepas, dan kancing bajunya terbuka yang di atasnya. “Gimana, udah selesai?” Tanyanya.
“Iya, udah, tapi sewa overtime nya sampai jam sepuluh nih, jadi masih rugi kalau aku tinggalkan sekarang!” Aku mencoba mengajak bercanda. “Haha, pelit juga kamu, Sar! Boleh aku masuk?”
“Silakan aja, asalkan kamu ngga keburu pulang.”
“Ah, nggak kok, ini kan Jumat, biasanya juga pulang telat.”
“Biasanya kemana aja kalau Jumat malam?”
“Paling-paling pergi sama teman2 main badminton atau basket.”
“Oh, seru dong? Apa sekarang nggak ditungguin teman2nya?”
“Ah, mendingan juga di sini nemenin Reni. Sekali2 boleh kan ganti suasana?”
Kami kembali tertawa-tawa.
Ia duduk di meja kerja, sementara aku duduk di kursi kerjaku yang tadi.”Wah, panas sekali di sini…AC-nya kurang bagus yah?” Katanya sambil menggulung lengan bajunya ke atas, dan membuka satu lagi kancing baju di dadanya. Aku menahan diri untuk tidak melihat ke arah rambut2 di dadanya.
“Sar, kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini?” Tanyanya dengan nada yang terkesan wajar, meski mungkin saja tujuannya nakal. “Well, sebenarnya iya sih…boleh nggak aku copot blazernya?”
“Hahaha, kok pakai minta izin segala sih? Memangnya aku papa mertua kamu?”
Humornya membuatku tertawa geli, tapi juga sekaligus membuatku ingin berbuat lebih jauh dengannya. Maka aku berdiri dari kursi, dan melepaskan blazerku dengan gaya yang aku buat2 agar nampak seksi. Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang aku kenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.
“Wah, ternyata nggak ada lengannya toh? Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar kain saja pada di bawah blazer.” Candanya mengomentari.
“Sialan, aku kira kamu akan bilang aku seksi, Dit!” Jawabku menggoda. “Hah? wah, kalau itu sih…apa kamu masih kurang yakin? sampai-sampai aku perlu meyakinkan diri kamu lagi?”
“Hihihi, ada-ada saja. Tapi thanks lho!” Kataku sambil mengedipkan mata.
Lalu dengan gaya yang kocak ia menceritakan bahwa seorang pialang saham ulung akan lebih merasa tersanjung bila dipuji atas kepandaiannya memasak daripada atas kepiawaiannya menganalisis saham. Wow, aku jadi merasa tersanjung juga karena itu berarti dia mengakui keindahanku. Tiba-tiba dia berkata lagi:
“Kamu nggak minta dipijitin sekalian, Sar? Kan kalau di film-film semi, adegan cewe buka blazer dilanjut dengan adegan pijit itu trus berlanjut dengan adegan yang biasanya disensor?”
Ya ampun…caranya begitu gentle sekali dan sama sekali nggak kurang ajar… Aku jadi luluh juga dibuatnya, dan aku jadi rela untuk menyerahkan tubuhku padanya…meski sebenarnya akulah yang menginginkannya. Aku segera menjawab:
“Terserah deh, tapi nggak usah disensor juga nggak apa2 kok.” “OK deh, itu berarti adegan yang disensor itu bisa aja dilakukan nanti?” Katanya, sambil berdiri di belakang kursiku dan mulai memijit bahuku. Kami terdiam sejenak, ia memijit bahuku lewat kemejaku. Rasanya mantap juga, tapi tali bra yang kukenakan terasa menyakitkan sedikit. Dan dia bukannya tak tahu itu, ia menyingkapkan kemeja tanpa lenganku ke bawah, sehingga kini pundakku terpampang di hadapannya.
“Huh, tali ini menggangguku memamerkan keahlianku memijit!” Katanya sambil menyingkirkan tali bra ku ke samping, aku jadi merasa begitu seksi, ditelanjangi perlahan-lahan seperti ini membuat pikiranku jadi aneh-aneh.
“Mmm…enak sekali Ditt…” Kataku sambil menikmati pijitannya yang memang nikmat dan membuatku menggeliat-geliat sedikit.
Tangannya dengan mantap memijiti pundak dan leherku, membuatku merasa begitu rileks, dan terus terang saja…terangsang. Tiap kali jemarinya yang hangat itu menyentuhku, rasanya begitu nikmat hingga aku mengerang keenakan.
“Mmm…mmm…aduuh, enaknyaa…boleh juga tangan kamu, Dit!”
“Eh, rintihannya jangan dibuat-buat gitu dong! Nanti aku jadi ingin mijit bagian yang lain!”. Ia membuatku jadi makin terangsang dengan pilihan katanya yang selalu di luar perkiraanku.
“Berarti kalau aku merintih-rintih yang dibuat-buat, kamu pijit bagian yang lain yah?”
“OK! Setuju!” Candanya dengan nada seperti orang sedang rapat kampung. “Aahhh … Mmmmhhh …. Ohhh Yesss”
Rintihku aku buat-buat sambil bercanda. Tiba-tiba tangannya langsung turun meremas kedua payudaraku yang masih terbungkus bra itu. Tangannya diam di situ, dan dia bilang:
“Tuh kan? apa aku bilang? kalau kamu buat-buat gitu, tanganku jadi memijit bagian yang lain!” Katanya sambil bercanda…padahal aku sudah mabuk kepayang dan ingin tangannya segera meremas kedua payudaraku. “Udahlah Dit…be serious for now, I want it, please.” Kataku dengan nada serius.
“Well…OK, I wanted to do it too, but now I got your permission!” Katanya.
Ia pun langsung menurunkan bra-ku kebawah, hingga kedua susuku kini terbuka lebar. Ia memutar kursiku hingga kami kini berhadapan. Ia berlutut di depanku, matanya menatap mataku yang telah sayu terlanda birahi. Aku menggerakkan tanganku untuk melepas kacamata minusku, namun ia menghalanginya.
“Nggak apa-apa, Sar…Aku senang melihat kamu dengan kaca mata itu…seksi sekali!” Katanya sambil mengedipkan mata kiri.
Tanpa banyak kata, ia lalu memajukan kepalanya dan mengulum bibirku, aku terpejam ketika merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku agak terkejut ketika ia melepaskan bibirnya dari bibirku. Belum sempat aku membuka mata, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku yang jenjang, merambat menyusuri bahuku…hangat sekali rasanya. “Ngggg…..” Aku mulai merintih pelan sambil menengadahkan kepalaku. Sementara lidahnya melingkar-lingkar mengolesi leherku, turun ke belahan dadaku … menari-nari di situ … uhh … aku semakin tak karuan rasanya.
“Teaser! Please … suck my nipples, bite ’em hard!” Aku meracau tak karuan.
“Wah … ketahuan nih, udah pengen yaaa?” Godanya nakal. Aku sudah kesetanan, segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku, dan kubusungkan kedua dadaku agar ia segera mengulum puting susuku. Dia malah berkata lagi:
“Iya, iya aku tahu maksudnya kok….sslurp”
“Uhgkk” Mulutnya menangkap pentil susuku yang kanan, lidahnya menjilat-jilat lembut, aduuuh…rasanya geliii dan nikmaaat sekali…aku menggelinjang-gelinjang menahan geli yang luar biasa, lidahnya seperti melingkar-lingkari pentil susuku dengan cepat namun lembut. Begitu gelinya hingga punggungku terlepas dari sandaran kursi dan melengkung seperti busur panah. Ohhh….
Kini lidahnya berpindah ke puting susuku yang kiri, mengait-ngaitnya… misionarisAduuhhhh aku semakin lupa daratan, Aku nggak tahu kenapa, tapi jilatan Ditto rasanya begitu berbeda, benar-benar membuatku seperti melayang-layang kegelian, rasanya seluruh badanku kehilangan energi … lemaas sekali, tapi terasa nikmaaat sekali. Puting susuku yang kanan kini dipilin-pilinnya…
Uhhhfff … Kedua pentil susuku yang sensitif ini menjadi bulan-bulanan mulut rakus Ditto, aku merintih dan mengerang sebisaku, keringatku mulai menetes, rasanya sulit sekali untuk bernafas teratur, tiap kali menarik nafas selalu terhenti oleh rasa geli yang menyengat puting susuku. Tiba-tiba ia berhenti.
“Sar, naik ke meja dong?” Katanya sambil mendirikan tubuhku. Karena sudah terangsang tak karuan, aku menurut saja ketika ia menelentangkan tubuhku di meja kantor, kemejaku telah terbuka kancingnya, namun ia tidak melepasnya, hanya menyingkirkan ke kiri kanan. Aku sempat tertegun melihat kemeja Ditto masih tampak rapi, hanya celananya saja yang terlihat menonjol karena desakan kejantanannya. Aku tertegun juga ketika melihat kedua pentil susuku terlihat kemerahan, berdenyut denyut dan mencuat tinggi sekali. Aku segera kembali terpejam ketika mulut rakusnya kembali menyerang kedua susuku. Puting-putingku dijilat, dihisap, digigit, dan aku tak tahu diapakan lagi … rasanya luar biasa geli dan nikmat. Aku hanya bisa terlentang di meja itu sambil terengah-engah dan menggelinjang menahan serbuan birahi.
“Ahhhkkkk …. SSsssssshhhhh …. Mmmmmh …” Aku mendesah dan meracau tak karuan. Sementara tangan kananku mulai gatal dan menyusup kebalik rok mini dan celana dalamku, menggosok-gosok bibir kelaminku yang rupanya telah lembab dan basah sekali dari tadi.
Kini Ditto memilin-milin kedua puting susuku dengan jari-jarinya, dan lidahnya menyusuri perutku yang langsing, menjilati pusarku. Lidahnya mendarat di tempat-tempat tak terduga yang memberiku sensasi yang luar biasa selain pilinan jarinya pada puting susuku. Paha bagian dalamku tak luput dari jilatan-jilatannya yang mesra dan buas.
Disingkapkannya rok miniku ke atas, lalu jemarinya kembali ke pentil-pentilku seolah tak membiarkan mereka istirahat. Digigitnya karet celana dalamku, secara refleks aku merapatkan kaki dan mengangkat punggungku agar
ia mudah melepaskannya. Aku tak tahu diapakan, tapi celana dalamku segera lepas. Secara sukarela aku mengangkangkan kedua tungkaiku lebar-lebar agar ia bisa memandangi kewanitaanku yang telah membanjir karena ulahnya.
Ditto melepaskan kedua putingku, lalu menekan pahaku keluar, agar ia lebih bebas lagi memandangi kewanitaanku. Aku hanya terengah-engah memandangi langit-langit dalam keadaan terangsang sekali. Akhirnya aku mampu menarik nafas panjang, karena kedua putingku tak lagi menerima sengatan birahi darinya. Tapi tiba-tiba kurasakan hawa dingin di kewanitaanku, ia meniup-niupnya, memberiku rasa geli yang aneh … membuatku semakin tak tahan lagi, ingin ia segera menancapkan kejantanannya ke tubuhku…
“Ohhh …. cepatlahhh Dittooo … please …. you teaserr!””Sar … badan kamu indah sekali … luar biasa … cantik sekali.”
“Do something pleasee….” Aku merintih memintanya segera menyelesaikannya.
“Ahhhgggg….” Aku menjerit dan menggelinjang hebat ketika lidahnya tiba-tiba menyayat klitorisku dengan cepat dan tajam. Lalu kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan lunak, terhisap-hisap, dan klitorisku tersayat-sayat oleh sesuatu. (Belakangan aku tahu kalau ternyata ia mengisap dan mengulum seluruh permukaan bibir vaginaku).
Karuan saja aku makin tak tahan, menggeliat-geliat tak karuan, punggungku terangkat-angkat dari meja itu, mataku tak mampu kubuka, nafasku kian terasa berat, rasanya gelii sekali … nikmat tak terkira… “Oohhh … Dittoooo … uuuhhhh … enaak sekaliiii … ssshhhhh …. kamu apain akuuuu ….. aduuhhhhh”. Rintihanku kian tak terkendali, aku segera memlintir-mlintir kedua puting susuku untuk menambah kenikmatan, meremas kedua susuku yang kenyal, sementara Ditto tak henti mengirimkan kehangatan birahi lewat bibir kewanitaanku. (Uuuhhhh, rasanya … mengetikkan cerita ini saja membuat kewanitaanku basah lagi membayangkannya.)
Jilatan dan hisapan mulut Ditto kian buas menerpa kewanitaanku. Apalagi ketika jarinya ditusukkannya ke dalam liang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya … Aduuuh … benar-benar tak terperi nikmatnya. Tusukan jari Ditto menyentuh tempat yang tepat … berkali-kali … Aduhh …. terasa seluruh energiku seperti terhisap ke tempat itu … terkumpul disitu … lalu meledak. “AAHHHGGGGGGgggg Dittoooo …. uhhhhh ……” Aku segera mencapai klimaks.
Orgasme yang luar biasa sekali … merenggut sebagian kesadaranku … hingga kini aku terkulai lemas. Aku mencoba mengatur nafas … tapi sia-sia … kenikmatan ini benar-benar membuatku terbang melayang. Aku terpejam, merasakan nikmatnya diriku terombang-ambing ke alam tak sadar … menggumam
“Mmmmhh …. Ditto …. enak sekali … hhhhh”
“Sari, mau istirahat dulu?”
“nggghhhh … nggak … go on, f**k me now … f**k me hard! NOW!” Aku tak mampu mengontrol pilihan kataku lagi, birahiku telah menguasai diriku. “Well, baik kalau begitu…” Itu kata terakhir yang kudengar dari Ditto, lalu sambil hanya dapat memandangi langit2 aku merasa pahaku dikangkangkan, tiba-tiba … ssssspppp …. Kejantanannya mengisi tiap won on hotrongga di liang kewanitaanku ini.
“Aduuuhhhhh ….. Ohhh … terusin sayangggghhh …. deeper …” Aku merintih tak karuan ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya. Ia berdiri sementara aku telentang di meja, jelas ia sangat leluasa menggerakkan tubuhnya, kejantanannya terasa menyodok dan menggerus-gerus seluruh bagian dalam kewanitaanku dengan buas dan garangnya.
Aku tak mampu bergerak membalas karena masih lemas oleh orgasme yang pertama tadi … namun persetubuhan ini rasanya lebih hebat lagi … rasa-rasanya seluruh tubuhnya memasuki liang kewanitaanku, aku hanya memejamkan mata, menggeliat, merintih … Uhhhh … Sodokan-sodokan kejantanannya terasa kian dalam menerobos dasar kewanitaanku telapak-telapak tangannya yang kasar tak henti meremas dan memegang kedua susuku. Beberapa menit kemudian, Ditto tiba-tiba menarik kejantanannya dari kewanitaanku, lalu dengan begitu cepat membalikkan tubuhku hingga kini badanku tengkurap di meja, namum kakiku menjuntai ke lantai, pentil-pentil susuku terasa geli merasakan dinginnya meja kantor itu, aku hanya terengah.
Ditto menikamkan kejantanannya lagi ke lubang kewanitaanku dari belakang…
Uffhhh … sensasi yang berbeda lagi … ia mengocok tubuhku keras sekali hingga meja itu bergoyang-goyang, saat itu juga, aku merasakan klimaks menyambar tubuhku … kewanitaanku serasa mengejang, menggigit kejantanan Ditto, kedua tanganku mencengkeram ujung meja kuat-kuat, tubuhku menegang, dan aku merasakan adanya gelombang kenikmatan yang menyapu jiwaku, merenggut tenagaku … aku menjerit tertahan … Ahkkkk! … Lalu aku merasakan nikmat yang luar biasa dan tubuhku serasa lemas sekali. “Aduuh … Ditt … Enakkk sekali .. hhhh”
“Tahan sebentar, ya Sari … bisa kan?” Jawabnya sambil mempercepat gerakannya
“Ahhkkk … sakit … pelan2 donggg….” Kewanitaanku terasa ngilu. “Sebentar saja yang … sebentaar lagii”
“Ohhh … Uhhhhg … Ngggggg….” Aku mengerang2 menahan ngilu, namun rasa sakit itu tak bertahan lama ketika tiba-tiba kehangatan kembali mengalir lewat kewanitaanku … Aku serasa melambung lagi oleh orgasme yang ketiga, ketika sperma Ditto menyembur menghangatkan sudut-sudut liang kewanitaanku. Kali ini, kenikmatan itu mengantarkanku ke alam tak sadar untuk beberapa saat.
Cukup lama aku tertelungkup di meja itu, terengah-engah, dibanjiri keringat, lemas sekali seperti setengah pingsan. Yang dapat kurasakan hanya rasa nikmat dan kepuasan tiada tara, aku sempat melihat Ditto melemparkan tubuhnya ke kursi kerja, lalu memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian, aku tersadar. Dengan sisa tenagaku aku mencoba berdiri dan merapikan kemejaku yang telah kusut tak karuan karena habis bersetubuh tanpa melepaskan pakaian. Tak kukenakan kembali celana dalamku karena telah sedikit basah oleh cairan kenikmatanku ketika foreplay tadi.
Kukenakan kembali blazerku, kulihat Ditto sedang berdiri bersandar di pintu tanpa ada kusut sedikitpun di kemejanya, namun wajahnya tampak berseri-seri.
“Sari, udah jam sepuluh seperempat!”
“Iya, sudah waktunya pulang nih.”
“Nah, dengan begini kamu nggak rugi kan?”
“Apanya yang nggak rugi?”
“Kan bayar sewa ruang overtimenya sampai jam sepuluh!?”Kami tertawa-tawa lagi. Lalu berjalan menuju tempat parkir mobil kami di lantai lima.
tempat kos kosan surga ku
aku menjawab pertanyaan Nita sambil melempar senyum kepadanya.
"Nganterin kemana mbak?"
aku bertanya kepada Nita.
"mbak mau ngambil buku dirumah teman"
"aduh...gimana ya?" aku berkata sambil garuk-garuk kepala mengekspresikan kebingungan. Lalu dengan kelihatan sedikit kesal Nita berkata
"ya udah dehh...mbak pergi sendiri saja kalau kama nggak bisa"
"Jangan...!!!! Ini kan sudah malam mbak. Aku bukannya tidak mau, tapi aku capek banget"
Lalu Nita tersenyum dan berkata
"ouw gitu? Tenang saja Do, entar mbak pijatin dehh!!! Lagian rumah teman mbak deket kok dari sini"
"ya udah deh, kalau gitu aku ambil kunci motor sebentar ya!" aku berkata sambil berjalan menuju ke kamar untuk mengambil kunci motor ku.
"nggak usah deh aku tunggu disini saja"
Tidak lama kemudian Nita keluar dari rumah temannya dan langsung mengajakku balik.
"Do...udah tidur apa belum" suara Nita dibalik pintu.
"masuk saja mbak! Nggak dikunci kok" aku menyuruh Nita masuk dengan masih tiduran. Aku kaget melihat Nita memakai tank top dan rok mini masuk kedalam kamarku.
"ada apa mbak?" aku bertanya kepada Nita.
"kamu kan tadi bilang, kalau kamu lagi capek. Gimana kalau mbak pijatin kamu"
"Boleh..." aku menjawab sambil membalikkan badan ku yang tadi terlentang menjadi tengkurap.
"Lapasin dong baju kamu, kan biar lebih enak mijatnya"aku langsung bangun dan melepas bajuku terus kembali tengkurap. Setelah sekian lama memijat Nita bertanya
"enak nggak pijatan mbak?"
"hemmm...." aku hanya bergumam tanpa menjawab
"ya dehh..." aku berkata dan langsung bangun.
"Do...kalau rok ku mengganggu, lepasin aja..."
Tanpa berpikir dua kali aku langsung melepaskan roknya, dia membantu dengan mengangkat tubuhnya. Kemudian aku menarik roknya kebawah sampai terlepas. Aku terdiam sesaat waktu melihat patatnya yang begitu bulat mengembang. Hati semakin dag dig dug tak menentu menyaksikan pemandangan yg begitu indah.
"Ahhh....uuuhhh...ohhh...."
"aduhh....akh...ggeeell....lliii....!!!!"
Nita menggelinjang kayak cacing kepanasan.
Mulut semakin kuat menghisap vagina Nita. Lidahku semakin liar menari-nari dan menyentil-nyentil klitorisnya. Kadang aku menggigit lembut klitoris Nita yang membuat Nita semakin tak kuasa menahan nikmat dan cairan vaginanya semakin banjir. Kemudian aku menjulurkan lidahku semakin panjang dan memasukannya kedalam liang vagina Nita.
Aku semakin keras menghisap klitoris Nita.
"Oohhhh.....sssse....dikkk....kittt lagggii akkkuuu....achhh....ouwhhh......ahhhhhhhhhh........!!!!"
Nita tidak dapat lagi meneruskan kata-katanya serta mengeluarkan erangan panjang yg tertahan karena dilanda orgasme yang begitu hebat. Dan tubuhnya mengejang hebat, pahanya menjepit kepala ku, tangannya menekan kepala ku semakin dalam di selangkangannya. Pinggulnya terangkat dan menyentak-nyentak tanpa bisa dia kendalikan. Ketika itu vaginanya juga mengeluarkan cairan putih lengket.
ccrrrettt....ccrrrettt....ccrrrettt.... Cairan itu meleleh dan langsung aku hisap dan aku jilat sampai habis. Kemudian Nita terkulai lemas bagai tidak punya tulang.
"Do....jangan siksa aku seperti ini!!! Masukan aku sudah tidak tahan....!!!"
Clekk....clek....clokk....clok.... Suara perpaduan antara kedua alat kelamin kami.
Aku mengerang keras ketika penis ku berkedut terus aku menghentakkan penis ku lebih dalam lagi serta mengeluarkan lahar panas sperma ku. Kemudian aku terjatuh di samping Nita yang telah lemas tak berdaya. Aku melihat cairan sperma ku meleleh keluar dari vagina Nita disertai dengan darah perawan Nita. Sebenarnya aku merasa menyesal telah merenggut keprawanan Nita. Sejuta rasa bersalah membayangi pikiranku. Akhirnya aku dan Nita tertidur sampai pagi.